Sabtu, 11 Juli 2015

Ini bukan untuk pertama kalinya aku bertandang ke Jalan Gula, salah satu dari sekian banyak kawasan kota tua di Surabaya, yang seringkali digunakan sebagai lokasi untuk hunting foto (model dan prewedding, terutama). Ini kali ketiga, dan nampaknya aku tidak akan pernah bosan untuk mengeksplornya. Setiap detail dalam arsitektur bangunan yang perlahan mulai dimakan usia selalu menyuguhkan warna berbeda tiap kali ku mendatanginya. Selalu ada corak baru. Selalu ada ide-ide baru untuk memotretnya dari sudut yang berbeda.

Secara teknis, sebenarnya bukan hanya Jalan Gula yang Selasa (7/7) ini ku jamah. Aku berputar-putar di gang-gang kecil, masih di kawasan yang sama, berusaha mencari bangunan-bangunan lama yang tak semua bercorak sama. Ditemani oleh teman baikku, Annisatul Fauziah, model merangkap fotografer juga (karena aku sendiri juga ingin difoto, hihihi), kami menjelajahi sebagian kecil ‘puing’ dan mencecap sedikit atmosfer peninggalan Eropa. Total, dua setengah jam kami habiskan untuk hunting foto di empat lokasi yang berbeda, mulai dari 06.30-09.00 WIB.
Pagi sekali? Bukan apa-apa, karena jika terlalu siang, aktivitas disana pasti sudah ramai (FYI lokasi ini adalah kawasan bongkar muat barang, kargo, gudang penyimpanan dan semacamnya), belum lagi masalah cahaya yang akan jatuh keras ke wajah model jika matahari berada diatas pukul 9. Aku gak punya reflektor untuk mengatasi masalah seperti itu.


“Yellow Brick”
ISO 80, 1/200 s, f/5.1
         
ISO 80, 1/160 s, f/3.7

          Foto ini diambil disebuah toko sepeda gunung yang terletak di dekat klenteng. Toko? Katanya kawasan kota tua? Yup! You might be don’t believe this, tapi setelah aku dan Annisatul melongok ke dalam (lewat kaca), ada etalase dan sepeda-sepeda yang dipajang rapi.
Btw foto kedua itu pakai jaket yang mirip tukang ojek wkwk. Sepertinya nanti kalau balik kesini, pakai kostum yang lebih niat. Background-nya playful soalnya, jadi mungkin nanti pakai pakaian yang juga berwarna cerah tapi juga sedikit soft.


“Distract”
ISO 800, 1/250 s, f/4.7

Ini adalah lokasi kedua. Gedung ini milik... Siapa ya? Lupa. Yang jelas sering dipakai prewedding dan hunting-hunting alay (kayak postingan ini) dan gedung ini masih dipakai sebagai gudang atau semacamnya. Bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan disahkan oleh Pemkot Surabaya. Ada plakat pengesahannya di dinding gedung ini, berwarna keemasan dan sedikit tertutup debu.

“Hide Me”
ISO 80, 1/100 s, f/3.4

          Pintu besar ini pastinya favorit, selain dari angle pertama (pilar-pilar gedung). Menegaskan ciri khas bangunan bercitarasa Eropa.


“See The Light”
ISO 140, 1/30 s, f/3.7


“Trying to Find You”
ISO 400, 1/30 s, f/4.5

Naaaah. Lokasi ketiga ini tak kalah populer. Terletak di Jalan Gula (dua lokasi sebelumnya bukan terletak di Jalan Gula), yang merupakan sebuah gang kecil di kanan jalan. Shoot pada bebatuan bata merah dengan jendela-jendela dan pintu yang tertutup, memberikan ciri khas...ciri khas apa ya? Dinding bata seperti ini relatif mudah ditemukan di Kota Surabaya, di gang-gang kecil, tetapi mengapa gang ini begitu populer? Dan, sering dipakai hunting prewedding, dengan gaun-gaun panjang berwarna-warni dan calon pengantin pria mengenakan jas atau kemeja. Entah apa korelasi-nya background bata dengan hunting prewed, konsep-konsep apa yang mereka pakai, I have no idea, hehe.


“Tired”
ISO 80, 1/30 s, f/5.1

Anyway, arus lalu lintas gang ini begitu padat! Siap-siap saja terganggu dengan motor atau becak yang berlalu-lalang, bahkan mobil! Hunting-mu akan terganggu oleh itu, hehe. Dulu, pas hunting disini, di hari Minggu sama sekali tidak ada lalu lintas kendaraan di gang ini, Jalan Gula. Mungkin, khusus hari Minggu saja gang ini ditutup untuk lalu lintas dan hanya digunakan untuk hunting? Entahlah.

Dan.. Lokasi terakhir ini adalah kejutan!
Setelah puas hunting di lokasi ketiga (Jalan Gula, dengan dinding bebatuan bata), aku dan Annisatul beranjak pergi. Bukan apa-apa, ada yang mau photoshoot prewedding nih! Calon mempelai dengan gaun hitam panjang (bride) dan jas hitam (groom). Kami tancap gas ke ujung gang, berharap ada spot lain yang tak kalah menarik. Dan kami menemukan ini. Sebuah bekas bangunan berlantai dua atau tiga yang telah dihancurkan.


“Please, go!”
ISO 80, 1/160 s, f/4.2


“Just wait”
ISO 80, 1/100 s, f/4.2


“Silent”
ISO 80, 1/50 s, f/4.2

Saya sangat menyarankan tempat ini bagi yang mau hunting. A new place, kurasa. Ada reruntuhan bebatuan, ada batang kayu besar yang bisa diduduki, plus background dinding yang seakan “terlupakan”. Apa yang kurang istimewa?

Hunting selesai pukul 9, kami langsung balik ke rumah Annisatul untuk proses editing foto (hanya untuk edit brightness dan contrast) dan mengirimkan file.
Oh ya, apa konsep pada hunting hari ini? Hmm. Tidak ada. Bahkan tak ada properti. Hanya bermodalkan pakaian (yang sebenarnya kalau dipikir...pakaiannya gak modal sih). Kerudung abu-abu, untuk menyesuaikan dengan kondisi kota tua, kaus hitam, karena warna hitam cenderung netral. Dan celana jeans. Untuk jeans ini, agak kurang sepakat, karena modelnya yang loose dan baggy gitu. Tapi ternyata setelah dilihat-lihat...boleh juga. Plus, sandal karet dan kaus kaki putih yang dia pakai. Aslinya, aku bawakan wedges buat Atul, tapi setelah dipakai kok gak nyambung wkwk. Lain kali, pakai sneakers Converse hitam-putih mungkin bakal lebih nyambung.

Talent : Annisatul Fauziah
Lokasi : Jalan Gula dan sekitarnya
Selasa, 7 Juli 2015, 06:30-09.00
Taken by Nikon Coolpix S3500

Setting default, ISO, SS, Diafragma diatur oleh kamera. Maka dari itu, kadang ada yang ISO-nya gede banget, ada yang biasa, ada yang SS-nya seper-ratusan detik, dll. Ketahuilah bahwa kamera compact model S3500 ini tak ada setting manual untuk ISO, SS dan diafragma. 

*bonusss : 

2 komentar: