Jumat, 25 September 2015

     Setelah beberapa tahun menggeluti fotografi, ada satu hal yang baru kusadari. Idul adha, hari raya kedua umat Islam yang diisi dengan kerelaan hati dalam berkorban hewan ternak (dan berkorban dalam bentuk keikhlasan), sebenarnya juga menarik dari segi fotografi. Menangkap momentum sebelum dan ketika hewan itu disembelih, kepanikan (dan mungkin perasaan) hewan ternak yang melihat kawannya meregang nyawa, menyorot wajah-wajah penyembelih dan orang-orang yang berkerumun penasaran disekitarnya dan lain sebagainya.
     Dan kupikir, selain menarik secara visual, Idul Adha juga memiliki fragmen-fragmen budaya dan nilai humanis, dimana ada satu perekat yang membuat manusia rela untuk saling membaur, membantu dan berbagi.
Panik?
ISO 140, 1/250 s, f/4.5
     Ya, kukira cukup adil juga memberikan porsi pada hewan, selain meng-capture manusianya. Hewan itu juga simbol, bagian dari perangkat budaya dan religi. Bahkan, sisi emosional dari hewan itu sendiri juga bisa ditangkap dan diinterpretasikan dalam benak masing-masing. Apapun itu, baik secara seni maupun representasi budaya.
     Keputusanku untuk menyeleksi warna menjadi hitam-putih saja sudah kupertimbangkan. Aku punya kecenderungan untuk mengubah foto menjadi black-white (BW) dalam genre fotografi Human Interest dan Street Photography. Agar tak terdistraksi dengan warna. Juga supaya sisi emosional dan pesan-pesan dibaliknya lebih mudah dicerna.
      Jadi...selamat menikmati idul adha dalam balutan hitam putih!
Seulas senyum
ISO 80, 1/200 s, f/3.4



Gagah
ISO 80, 1/250 s, f/3.4

 
Giliranku – (Zoom In/Tele)
ISO 80, 1/250 s, f/3.9

 
Giliranku – (Zoom Out/Wide)
ISO 80, 1/250 s, f/3.9

 
Sebelah Sini, Pak!
ISO 500, 1/250 s, f/4



Potong!
ISO 80, 1/30 s, f/4

 
  Kuliti Bersama
ISO 280, 1/250 s, f/4.4



Kaki-kaki
ISO 720, 1/250 s, f/4.9

Taken with Nikon Coolpix S3500
Ied Adha Moments
Surabaya, September 24, 2015

0 komentar:

Posting Komentar