Rabu, 12 Agustus 2015

Hai, hai! Semarak 17-an sudah terasa dimana-mana nih. Kampung kecil, komplek, hingga sekolahan dan ruang publik pun berhiaskan warna merah putih. Siapa yang tidak gembira menuju 70 tahun Indonesia merdeka? *walau kenyataannya sih belum bener-bener merdeka...tapi setidaknya jauh lebih baik dari beberapa dekade lalu*
          Alright. Sekarang aku ingin membahas tentang fotografi dokumentasi. Semua orang pernah, pasti. Memotret khitanan saudara, suasana sekolah, motret orang demo di pinggir jalan secara spontan, dan sebagainya. Definisiku sendiri untuk fotografi dokumentasi adalah segala foto yang dihasilkan untuk merekam suasana dan peristiwa tertentu. Hampir mirip dengan fotografi jurnalistik, tapi bedanya, dokumentasi tak selalu mengandung nilai berita. Mengabadikan momen saja, tepatnya. Dan, ada poin Human Interest-nya. Kompleks juga, ya.


Celemotan
ISO 80, 1/25 s, f/3.4, +0,7 step
          Nah, seperti tahun-tahun sebelumnya, aku selalu kebagian untuk mendokumentasikan acara 17 agustusan di gang rumahku, Kedinding Lor Flamboyan. Lebih spesifik, foto lomba-lomba anak yang diadakan Kartar. Langganan. Di sekolah SMA dulu juga. Perlahan-lahan belajar bagaimana mendapatkan foto-foto momentum yang dapat menceritakan sesuatu.
          Mengemban amanah menjadi fotografer “kelas kampung” dalam momentum lomba anak 17-an, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Lomba selalu berjalan cepat. Waktu menjadi sangat berharga disini. Maka, selalu sigap itu harus. Aku sendiri selalu mengunci fokus (lock mode) hingga ½ shutter. Jadi, ketika anak itu mulai lari mendekati, maka ½ kuncian tadi akan ku tekan. Hampir tak ada keterlambatan dalam menangkap momen jika seperti itu.

Nyammm
ISO 100, 1/25 s, f/3.4, +1.0 step


Belut terbang?
ISO 320, 1/25 s, f/3.4, +0,7 step

Foto blur bukan favorit kebanyakan orang, apalagi objek utamanya yang justru blur, bukan background/foreground. Objek, bagi banyak orang, haruslah freeze dan jelas. Sebenarnya, ini hanya masalah perspektif, kondisi dan selera. Foto wisuda, misalnya, gak mungkin kalau objek utamanya, manusia, dibuat blur. Sebaliknya, foto-foto dengan tense tinggi, seperti olahraga atau perlombaan, tak terlalu terpaku pada pakem freeze itu. Blur-blur sedikit gak masalah.


Saking cepatnya malah blur.....
ISO 800, 1/60 s, f/3.4, +0,3 step
Sama halnya dengan foto ini, kita bisa melihat anak laki-laki ditengah sedang melompat untuk menusuk balon dengan topi berjarumnya. Terasa suasana perlombaannya. Sayangnya, ada anak-anak kecil didepan peserta lomba, yang justru menutupi bagian bawah objek dan menghilangkan clean-area dibawah (niatku ingin ada clean area berupa jalanan paving yang kosong). Tapi, biarlah. Biar ada suasananya.


Eh ciee
ISO 200, 1/25 s, f/3.4, +0,7 step
          Momentum juga harus dibaca, bahkan diramal/diprediksi kapan datangnya. Butuh insting. Seperti foto ini, ketika satu semangka berisi koin diperebutkan anak kecil, laki-laki dan perempuan, dimana keduanya saling di-cie cie oleh teman-temannya. Keduanya jadi sedikit rikuh (salah tingkah) dan itu yang membuat foto lebih terasa emosionalnya.


Awas, tumpah!
ISO 140, 1/30 s, f/4.5
Masih berbicara soal momentum, penegasan tentang cerita dibalik foto harus dibuat. Foto ini tentang lomba. Ya, apa buktinya kalau itu lomba? Wajah yang tegang? Tawa yang tercipta? Peserta yang pontang-panting untuk memenangkan lomba? Banyak unsur. Di foto ini, sebagian mungkin bisa diinterpretasikan sendiri.


Balon airnya meledak!
ISO 400, 1/25 s, f/3.4, +0,3 step
Ya, intinya, untuk momen-momen cepat seperti lomba ini, faktor decisive moment tidak boleh dilupakan. Decisive moment yang berarti momen yang terjadi secara kebetulan/tidak sengaja tapi bagus dan jarang, kadang diperoleh dari keberuntungan. Sayangnya, aku tidak punya satu pun foto yang menegaskan momen yang kusebut langka itu. Tidak ada yang benar-benar langka dan istimewa yang terjadi di lomba di kampungku. Apa ini bisa mewakilkan? Atau setidaknya memberi gambaran tentang apa itu decisive moment?


Not orbs!
ISO 360, 1/25 s, f/3.4, +0,7 step
Bolehkah ini kupanggil decisive moment juga? Niatnya cuma mau ngambil gambar mereka berdua, ternyata serbuk-serbuk tepung bertebaran di udara. Aku terkejut, perspektif awalku ini jelek. Tapi, setelah diamati dan di-zoom, ternyata lumayan juga (menurutku, bisa saja bagi kalian tidak).

Intinya, fotografi dokumentasi untuk acara lomba 17-an memerlukan beberapa karakteristik. Harus cepat dan sigap mengambil momen. Harus bisa membaca momen yang akan terjadi. Harus bisa memotret momen emosional. Perlihatkan suasana sekitar. Peroleh decisive moment. Harus kuat memotret dari banyak sudut dan posisi, bahkan jongkok untuk waktu yang lama atau posisi tidur-tiduran, demi foto yang lebih “kaya” dan lebih bercerita. Totalitas lah. Semangat!

Nikon Coolpix S3500
Auto mode, with Flash built in
Lokasi : Kedinding Lor Flamboyan Sby

Waktu : 5-12 Agustus 2015, 19.00-21.00

0 komentar:

Posting Komentar