Rabu, 19 November 2014



Sifat impulsif dalam diriku rasanya sudah mendarah daging. Terpikir apa yang hendak dilakukan begitu tahu hari Rabu (19/11) ini ga ada kuliah, pikiranku langsung meloncat begitu saja ke fotografi. Ya, kenapa gak hunting? Mendadak muncul awan imajinatif di atas kepalaku, merangkai-rangkai apa konsep hunting besok, jam berapa, hingga parkir dan makan siang dimana, udah terpikir dengan rinci. Meski impulsif, bukan berarti aku bertindak bodoh dengan begitu saja melempar diriku dalam situasi yang sulit. Tetap, logika dan perencanaan harus berjalan beriringan dengan sifat spontanku yang menggebu-gebu.

Street photography langsung terlintas di benakku. Ah, aku teringat, seumur hidup, kurasa aku belum pernah benar-benar terjun di genre ini. Selama ini, aku hanya bermain aman dengan modelling dan makro. Hanya sekali dalam hidupku aku masuk ke ranah street photography, dengan masuk pasar di dekat rumahku sembari membawa Nikon D7000, dan dikira sebagai wartawan. Kapok rasanya. Bukan berarti aku gak menikmati, hanya saja, aku merasa sangat mencolok dan tak nyaman dengan cecaran pertanyaan dari para pedagang. Lain kali harusnya aku pakai kamera saku saja agar tak menimbulkan perhatian berlebih.

Dulu, aku sempat memimpikan berjalan-jalan di trotoar di jalan arteri Surabaya sembari membawa kamera, memotret detail kecil dari jalanan. Dan kini, kurasa sudah saatnya impian kecil itu terwujud. Aku memilih jalan Basuki Rahmat sebagai track awalku, dan aku parkir di Tunjungan Plaza pada pukul 09.30 pagi.

Persiapan khusus? Hmm, kurasa tak ada selain men-charge kamera, membawa dua botol air minum 600 mL, dan melangkah. Jalan. Ya, kau tak salah dengar. Kau tahu sendiri, bagaimana teriknya matahari di kota tersayang kita ini diatas pukul 10 pagi. Dan aku nekat untuk berjalan mengitari, entah berapa kilometer, dengan sepatu yang sol-nya gak nyaman untuk diinjak. 

Tapi aku tak peduli. 

Oh ya, aku tak bisa menyertakan peta di artikel ini, jadi kalian kira-kira sendiri berapa kilometer yang telah ku tempuh. Starts from Basuki Rahmat, lurus ke jalan Embong Malang, belok kanan ke jalan Blauran, belok kanan ke jalan Praban, belok kanan ke jalan Tunjungan, lurus hingga ke jalan Gubernur Suryo, belok kanan ke jalanan Bambu Runcing (aku lupa namanya!) masuk ke jalan Basuki Rahmat lagi sebagai titik akhir perjalananku. Aku menghabiskan sekitar 2 jam lebih untuk berjalan santai dan menangkap momen-momen kecil dalam perjalananku.

Satu hal lagi yang perlu ku tekankan, ada 2 kategori foto di artikel ini. Warna dan BlackWhite (BW). Apa perlu ku urutkan? Atau secara random? Hmm, lebih baik... Aku masukkan yang BW dulu baru warna.

So, enjoy this show!
 ISO 80, 1/1000 s, f/3.7

 ISO 80, 1/500 s, f/3.4

 ISO 125, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/640 s, f/3.4

 ISO 200, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/800 s, f/3.4

 ISO 80, 1/800 s, f/3.4

 ISO 280, 1/250 s, f/3.4

ISO 80, 1/1250 s, f/3.4

 ISO 220, 1/250 s, f/3.4 

ISO 80, 1/1250 s, f/3.4 

 ISO 320, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/1000, f/4.2

ISO 80, 1/160 s, f/3.4
 
 ISO 80, 1/60 s, f/3.4

 ISO 500, 1/250 s, f/3.4

ISO 100, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/30 s, f/3.4

 ISO 80, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/200 s, f/3.4

ISO 80, 1/160 s, f/3.4
 
 ISO 400, 1/250 s, f/3.4

 ISO 80, 1/500 s, f/3.4

*note : aku sendirian hunting ini and I enjoy this! (ga ada yang rewel dan manja kalo lagi hunting sendirian hwehehe)
*tambahan : semua foto adalah hasil kompresan tanpa watermark (gak mau merusak estetika foto), untuk menghindari plagiat atau pengakuan dari pihak lain (intinya ini hanya ‘spoiler’ hehe :D)
*satu lagi (hehe), pake preset auto, ada bbrp foto yg pake preset makro. Kenapa auto? Pertama, kamera ini kamera saku, preset manual bisa dibilang gak ada (aku pake Nikon S3500). Kedua, seandainya ada manual pun, momennya bisa hilang dengan cepat karna harus otak-atik ISO, SS, ama Diafragma dulu.

0 komentar:

Posting Komentar