Sifat impulsif dalam diriku rasanya
sudah mendarah daging. Terpikir apa yang hendak dilakukan begitu tahu hari Rabu
(19/11) ini ga ada kuliah, pikiranku langsung meloncat begitu saja ke
fotografi. Ya, kenapa gak hunting?
Mendadak muncul awan imajinatif di atas kepalaku, merangkai-rangkai apa konsep hunting besok, jam berapa, hingga parkir
dan makan siang dimana, udah terpikir dengan rinci. Meski impulsif, bukan
berarti aku bertindak bodoh dengan begitu saja melempar diriku dalam situasi
yang sulit. Tetap, logika dan perencanaan harus berjalan beriringan dengan
sifat spontanku yang menggebu-gebu.
Street
photography langsung terlintas di
benakku. Ah, aku teringat, seumur hidup, kurasa aku belum pernah benar-benar
terjun di genre ini. Selama ini, aku
hanya bermain aman dengan modelling
dan makro. Hanya sekali dalam hidupku aku masuk ke ranah street photography, dengan masuk pasar di dekat rumahku sembari
membawa Nikon D7000, dan dikira sebagai wartawan. Kapok rasanya. Bukan berarti
aku gak menikmati, hanya saja, aku merasa sangat mencolok dan tak nyaman dengan
cecaran pertanyaan dari para pedagang. Lain kali harusnya aku pakai kamera saku
saja agar tak menimbulkan perhatian berlebih.
Dulu, aku sempat memimpikan
berjalan-jalan di trotoar di jalan arteri Surabaya sembari membawa kamera,
memotret detail kecil dari jalanan. Dan kini, kurasa sudah saatnya impian kecil
itu terwujud. Aku memilih jalan Basuki Rahmat sebagai track awalku, dan aku parkir di Tunjungan Plaza pada pukul 09.30
pagi.
Persiapan khusus? Hmm, kurasa tak ada
selain men-charge kamera, membawa dua
botol air minum 600 mL, dan melangkah. Jalan. Ya, kau tak salah dengar. Kau
tahu sendiri, bagaimana teriknya matahari di kota tersayang kita ini diatas
pukul 10 pagi. Dan aku nekat untuk berjalan mengitari, entah berapa kilometer,
dengan sepatu yang sol-nya gak nyaman untuk diinjak.
Tapi aku tak peduli.
Oh ya, aku tak bisa menyertakan peta di
artikel ini, jadi kalian kira-kira sendiri berapa kilometer yang telah ku
tempuh. Starts from Basuki Rahmat,
lurus ke jalan Embong
Malang, belok kanan ke jalan Blauran, belok kanan ke jalan Praban, belok kanan ke jalan Tunjungan,
lurus hingga ke jalan Gubernur Suryo, belok kanan ke jalanan Bambu Runcing (aku lupa namanya!) masuk ke
jalan Basuki
Rahmat lagi sebagai titik akhir perjalananku. Aku menghabiskan
sekitar 2 jam lebih untuk berjalan santai dan menangkap momen-momen kecil dalam
perjalananku.
Satu hal lagi yang perlu ku tekankan,
ada 2 kategori foto di artikel ini. Warna dan BlackWhite (BW). Apa perlu ku
urutkan? Atau secara random? Hmm,
lebih baik... Aku masukkan yang BW dulu baru warna.
So,
enjoy this show!
ISO 80, 1/1000 s, f/3.7
ISO 80, 1/500 s, f/3.4
ISO 125, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/640 s, f/3.4
ISO 200, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/800 s, f/3.4
ISO 80, 1/800 s, f/3.4
ISO 280, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/1250 s, f/3.4
ISO 220, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/1250 s, f/3.4
ISO 320, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/1000, f/4.2
ISO 80, 1/160 s, f/3.4
ISO 80, 1/60 s, f/3.4
ISO 500, 1/250 s, f/3.4
ISO 100, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/30 s, f/3.4
ISO 80, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/200 s, f/3.4
ISO 80, 1/160 s, f/3.4
ISO 400, 1/250 s, f/3.4
ISO 80, 1/500 s, f/3.4
*note
: aku sendirian hunting ini and I enjoy this! (ga ada yang rewel dan
manja kalo lagi hunting sendirian
hwehehe)
*tambahan
: semua foto adalah hasil kompresan tanpa watermark
(gak mau merusak estetika foto), untuk menghindari plagiat atau pengakuan dari
pihak lain (intinya ini hanya ‘spoiler’
hehe :D)
*satu
lagi (hehe), pake preset auto, ada bbrp foto yg pake preset makro. Kenapa auto?
Pertama, kamera ini kamera saku, preset manual bisa dibilang gak ada (aku pake
Nikon S3500). Kedua, seandainya ada manual pun, momennya bisa hilang dengan
cepat karna harus otak-atik ISO, SS, ama Diafragma dulu.
0 komentar:
Posting Komentar